KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadiran-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehimgga
kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Dalil Naqli tentang menuntut ilmu dan
mengamalkannya”.
Makalah ini disusun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah
ini. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Megang Sakti, 28 Mei
2017
Penyusun,
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR................................................................................
ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang................................................................................. 1
B.
Rumusan
Masalah............................................................................ 1
C.
Tujuan
Makalah...............................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Ilmu Dalam Islam............................................................................ 3
B.
Pengertian
Menuntut Ilmu.............................................................. 4
C.
Hukum Menuntut
Ilmu.................................................................... 5
D.
Dalil Menuntut
Ilmu........................................................................ 6
E.
Keutamaan
Menuntut Ilmu.............................................................. 9
F.
Menuntut Ilmu
Sebagai Ibadah........................................................ 16
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan...................................................................................... 17
B.
Saran................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu adalah suatu
yang sangat menonjol dalam agama islam, hal ini dapat dilihat dalam Al-Qur’an
maupun sunnah. Hal ini menunjukkan bahwa manusia diwajibkan unruk mengembangkan
ilmu pengetahuan baik agama maupun sosial. Dijelaskan juga bahwa antara
orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu memiliki kedudukan yang sangat
berbeda jauh.
Selain itu dengan
pendidikan yang baik, tentu akhlak manusiapun juga akan semakin baik. Tapi pada
kenyataannya dalam hidup ini banyak orang yang menggunakan akal dan
kepintarannya untuk kemaksiatan. Hal ini terjadi karena ketidakseimbangan
antara ilmu dunia dan akhirat. Disinilah alasan mengapa ilmu agama sangat
penting diajarkan kepada anak sebelum anak tersebut menerima ilmu dunia dan islam
memandang ilmu sebagai suatu yang pokok dalam ajaran islam dan menjadi suatu
yang wajib dimiliki oleh setiap muslim.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa
Pengertian Ilmu Dalam Islam?
2.
Apa
Pengertian Menuntut lmu?
3.
Bagaimana
Hukum Menuntut Ilmu?
4.
Apa
saja Dalil Nagli Tentang Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya?
5.
Apa
Keutamaan Menuntut Ilmu?
6.
Bagaimana
Adab menuntut Ilmu?
C. Tujuan
Makalah
1.
Untuk
Mengetahui Pengertian Ilmu Dalam Islam.
2.
Untuk
Mengetahui Pengertian Menuntut Ilmu.
3.
Untuk
Mengetahui Hukum Menuntut Ilmu.
4.
Untuk
Mengetahui Dalil Nagli Tentang Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya.
5.
Untuk
Mengetahui Keutamaan Menuntut Ilmu.
6.
Untuk
Mengetahui Adab menuntut Ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ilmu dalam islam
Islam adalah agama
yang mengutamakan sebuah ilmu. Dalam islam diwajibkan untuk semua individu
muslim untuk menuntut ilmu. Selain belajar ilmu-ilmu yang bermaktub Al-Qur’an
dan sunnah seorang muslim juga dianjurkan untuk memplajari ilmu yang bersifat
kejadian alam maupun yang lainnya, dan akan menghasilkan ilmu ilmu lain seperti
ilmu astronomi, ilmu bumi, ilmu sosial. Selain itu dalam Al-Qur’an Allah
berfirman bahwa derajat orang yang berilmu sangat tinggi melebihi ‘abid (Ahli
Ibadah).
Keutamaan disini
dimaksudkan bahwa orang yang beribadah dengan ilmu dan orang yang beribadah
tanpa tahu ilmunya akan berbeda nilainya dari segi pahala yang diperoleh. Allah
beriman dalam surat Al-Maidah ayat 11: yang artinya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman siantaramu dan orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat.
Setelah itu pada ayat
ke 4-5 pada surat Al-Alaq:
disamping lidah untuk membaca, Tuhan pun mentakdirkan bahwa dengan pena ilmu dapat dicatat, dapat pula diartikan dengan sarana dan usaha.
disamping lidah untuk membaca, Tuhan pun mentakdirkan bahwa dengan pena ilmu dapat dicatat, dapat pula diartikan dengan sarana dan usaha.
Dari ayat diatas kita
dapat menjelaskan dua cara yang ditempuh Allah SWT dalam mengajarkan manusia,
pertama melalui pena (tulisan) yang harus dibaca oleh setiap manusia dan
yang kedua melalui pengajaran secara langsung tanpa alat. Cara ini dikenal
dengan Ilmu ladunni.
Allah melengkapi
menusia dengan pendengaran, penglihatan, akal dan hati. Jadi ilmu dapat
diperoleh melalui pendengaran dan penglihatan, kemudian diproses dalam pikiran,
sedangkan hati untuk menimbang apakah ilmu itu dapat mendekatkan diri pada
Allah atau bahkan menjauhkan.
Segala sesuatu yang
mendekatkan diri kepada Allah dan petunjuk-petunjuk pada arah tersebut adalah
terpuji. Ilmu hanya berguna jika dijadikan alat untuk mendekatkan diri kepada
Allah, jika tidak maka ilmu akan menjadi penghalang besar.
Jadi tujuan
sebenarnya adalah bahwa ilmu itu untuk mendekatkan diri kepada Allah, contohnya
melalui ilmu tentang bumi, bagaimana langit diciptakan membuat kita semakin
menambah keimanan kita kepada Allah.
Al-Qur’an juga
menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia di alam ini adalah sebagai
kholifah. Untuk melaksanakan fungsi ini Allah SWT membekali manusia dengan
seperangkat potensi dalam diri, maksudnya berkemampuan menciptakan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, masyarakat dan lingkungannya.
Fungsi asasi hidup
manusia adalah kholifah(wakil) Allah diatas alam ini untuk menerjemahkan,
menjabarkan sifat-sifat Allah yang maha tahu itu dalam batas kemanusiaan.
B.
Pengertian Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu adalah
suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah laku dan
perilaku kearah yang lebih baik,karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan
menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan.
Seseorang harus
memulai dengan ilmu sebelum beramal.Maksud dari beramal adalah melakukan
kegiatan atau melakukan suatu pekerjaan. Dalam melakukan pekerjaan manusia dituntut
mengetahui ilmunya dari pekerjaan tersebut. Karena dengan mengetahui
ilmunya pekerjaan akan lebih terarah dan tidak berantakan.
MenuntutilmumerupakanibadahsebagaimasabdaNabi
Muhammad Saw.
Artinya :
Mu’adz bin Jabbal
berkata : “Tuntutlah ilmu, karena mempelajari ilmu karena mengharapkan wajah
Allah itu mencerminkan rasa Khasyyah, mencarinya adalah ibadah, mengkajinya
adalah tasbih, menuntutnya adalah Jihad, mengajarnya untuk keluarga adalah
Taqarrub.”
Dengan demikian
perintah menuntut ilmu tidak di bedakan antara laki-laki dan perempuan. Hal
yang paling di harapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya perubahan pada diri
individu ke arah yang lebih baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap dan
perubahan aspek lain yang ada pada setiap individu.
Perbedaan Orang
yang Berilmu dengan Orang Bodohv
Dalam Al- Qur’an
Allah SWT. Berfirman,
Artinya:
"(apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadah di waktu waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang dia takut
kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran."(Az-Zumar:9)
Allah SWT membedakan
antara orang yang berilmu dan orang yang jahil.Keduanya tidak sama. Terlepas
dari substansi ilmu pengetahuan, yang terpenting adalah antara orang yang
berilmu dengan orang yang bodoh jelas tidaklah sama.Seperti halnya antara orang
yang buta dan orang yang melihat,kegelapan dan cahaya, orang yang hidup dana
mati, manusia dan hewan, serta antara penghuni surga dan penghuni neraka.[3]
C.
Hukum menuntut ilmu
Apabila
kita memperhatikan isi Al-Qur’an dan sunnah, maka terdapatlah beberapa suruhan
yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk
menuntut ilmu agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas dan jauh dari
kabut kejahilan maupun kebodohan.
Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan
menanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat
dalam hadist Nabi Muhammad SAW yang artinya :
“ Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun
perempuan”. (HR. Ibn Abdulbari)
Dari hadist ini kita memperoleh perngertian bahwa islam mewajibkan pemeluknya
agar menjadi orang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemaslahatan dan
jalan kemanfaatan; menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa
segala pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan
dengan ‘aqaid dan ibadah, baik yang berhubungan soal-soal keduniaan dan segala
kebutuhan hidup.
Ilmu yang diamalkan sesuai dengan perintah-perintah syara’. Hukum perintah
menuntut ilmu itu adakalanya wajib ‘ain dan adakalanya wajib kifayah. Sedangkan
ilmu yang wajib kifayah hukum mempelajarinya ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi
pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya. Ilmu yang wajib
‘ain dipelajari oleh mukallaf yaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan
aqidah yang wajib dipercaya oleh seluruh muslimin dan yang perlu diketahui
untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya seperti sholat,
puasa, zakat, dan haji.
D.
Dalil tentang
menuntut ilmu
1. Surat At – Taubah ayat 122
وَمَا كَانَ
الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ
فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا
قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q.S. At-Taubah: 122)
Firman Allah SWT
diatas maksudnya adalah perintah jihad bukanlah fardhuain, melainkan fardhu
kifayah—sebagaimana telah dijelaskan dalam pembahasan terdahulu—karena jika
setiap orang pergi berjihad, maka tidak akan ada lagi generasi muda. Oleh
karena itu, sebaiknya ada satu kelompok pergi berjihad dan kelompok lain
menetap untuk mendalami ilmu agama serta menjaga kaum wanita. Dengan demikian,
apabila kelompok yang pergi berjihad kembali dari medan laga, maka kelompok
penuntut ilmu mengajarkan kepada mereka hukum-hukum syariat.
2. Surat Al – Mujaadilah ayat 11
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya : “Hi orang-orang yang
beriman, apabila dikatakan kepadamu: ‘berlapang-lapanglah dalam majelis’, maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan; ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang di beri ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan,”(Q.S Al-Mujadilah, 58; 11)
Kesimpulan isi atau
kandungan ayat 11 aurah Al-Mujadilah antara lain sebagai berikut:
a. Suruhan untuk
memberikan kelapangan kepada orang lain dalam majelis ilmu, majelis zikir, dan
segala majelis yang sifatnya menaati Allah SWT dan rasul-nya.
b. Allah
SWT mengangkat orang-orang beriman atas orang-orang yang tidak beriman beberapa
derajat tingginya, dan Allah SWT mengangkat orang-orang beriman dan berilmu
pengetahuan atas orang-orang yang beriman tetapi tidak berilmu pengetahuan
beberapa derajat tingginya. Ringkasnya Allah SWT meninggikan derajat
orang-orang beriman, teristimewa orang-orang beriman lagi berilmu pengetahuan.
3.
Hadits Nabi Muhammad
SAW.
1) Hadits pertama
“
Dari Abu Ad – Darda r.a berkata, “Aku mendengar Rasuulullaah shallallahu
‘alaihi wassalam bersabda : “Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu ,maka
Allah akan mempermudah jalan ke surga. Sungguh, para Malaikat merendahkan
sayapnya sebagai keridhaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu akan
dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar
laut. Kelebihan seorang alim ( yang menggunakan ilmunya ) dibanding ahli ibadah
( yang tidak berilmu ) seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas
seluruh bintang. Para ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak
mewariskan dinar dan dirham, mereka hanya mewariskan ilmu. Barang siapa yang
mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang sempurna.” ( H.R. Abu Daud).
2) Hadits kedua
“
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al – ‘Ash r.a. berkata ; “ Saya pernah mendengar
Rasuulullaah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda : sesungguhnya Allah tidak
mencabut ilmu secara paksa dari hati umat manusia. Tetapi Allah akan
menghapuskan ilmu – ilmu agama dengan mewafatkan para ulama, hingga tidak ada
seorang ulama pun yang akan tersisa. Kemudian mereka akan mengangkat para
pemimpin yang bodoh. Apabila mereka, para pemimpin yang bodoh itu dimintai
fatwa, maka mereka akan berfatwa tanpa berlandaskan ilmu hingga mereka tersesat
dan menyesatkan.” (H.R. Mutafak ‘alaih/ Bukhari
Muslim).
3) Hadits ketiga
“Dari
Abu Hurairah berkata, “Rasuulullaah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda : “
Barang siapa ditanya mengenai suatu ilmu lalu ia menyembunyikannya, maka ia
akan dicambuk dengan cambuk dari api neraka pada hari kiamat.” (H.R. Abu Daud).
Maksud dari hadits pertama adalah seseorang yang menuntut ilmu akan dimudahkan
jalan menuju surga, sebab dengan ilmu seorang dapat menggapai surga. Orang alim
yang berilmu memiliki lebih banyak kelebihan daripada orang yang ahli ibadah
tidak disertai ilmu.Para ulama adalah pewaris para nabi sedangkan para nabi
tidak meninggalkan warisan harta apapun, melainkan hanyalah ilmu.
Sedangkan, maksud dari hadits kedua adalah apabila Allah SWT. menghendaki suatu
kampung atau negeri kebaikan, maka di dalam suatu kampung atau negeri akan
terdapat ulama yang memiliki ilmu secara mumpuni yang mengamalkan ilmunya
dengan ikhlas. Jika Allah SWT. menghendaki suatu kampung atau negeri
buruk, maka Allah akan mewafatkan para ulama di dalam suatu kampung atau
negeri. Dengan wafatnya para ulama, maka berangsur – angsur Allah SWT. akan
mencabut dan menghilangkan ilmu. Jika, ilmu telah dicabut, maka tidak ada lagi
rahmat dan keberkahan di muka bumi ini.
Hadits ketiga menegaskan bahwa seseorang yang telah mamiliki ilmu, hendaknya
mengajarkan ilmu itu kepada orang lain. Bagi orang yang berilmu tetapi tidak
mau mengamalkannya dan menyembunyikannya, maka orang yang berilmu
akan berdosa dan mendapat siksa.
E.
Keutamaan Menuntut Ilmu
Selain Al-Qur’an
banyak sekali hadits yang menjelaskan keutamaan ilmu dan kedudukan ulama, baik
dimata Allah maupun dimata manusia, di dunia maupun di akhirat. Ulama di hargai
demikian tingginya tak tertandingi oleh siapapun, dan tak mungkin dapat
dikejar, kecuali melalui ilmu.
Berikut beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan
didalam Al-qur’an dan As-Sunnah:
1) kelebihan ilmu dibanding ibadah
Salah satu fadhilah
ilmu dari ibadah adalah bahwa kebanyakan manfaat ibadah terbatas pada
pelakunya. Orang yang melakukan salat atauberpuasa, haji, zikir dan ibadah yang
lai, akan mendapat kebaikan-kebaikan amal perbuatannya dan peningkatan
derajatnya. Tetapi, masyarakat lain tidak akan mndapat ganjaran mereka
sedikitpun secara langsung. Berbeda dengan ilmu; ia bermanfaat jauh melampui si
pilaku itu sendiri, sampai pada orang yang mendengarnya, atau membacanya. Ilmu
tidak mengenal ikatan, tidak pula mengakui adanya dinding dan jurang pemisah.
Lebih-lebih pada zaman kita sekarang, ketika ilmu tersebar luas melalui radio
dan televisi yang dapat ditangkap dalam beberapa detik dan bahkan dalam
seketika itu juga para pendengar dan para pemirsa yang ada diberbagai tempat.
2) Ilmu tidak terputus lantaran berahirnya hayat
Ilmu tidak
terputus lantaran berahirnya hayat, dan ilmu tidak mati dengan kematian
pemiliknya. Tetapi bagi orang yang salat, atau berpuasa, atau membayar
zakat,berhaji, berumroh, bertasbih, bertahlil, berzikr, dan bertakbir, semua
amal ini mendapat balasandari allah, tetapi balasan itu terputus lantaran
selesai atau berakhirnya amala tertentu. Adapun ilmu, ia terus berpengaruh
selama orang masih memanfaatkanya.[6]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
"Apabila seorang
keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal:
shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak shalih yang
mendo'akannya." (HR. Muslim no.1631)
Betapa besarnya
kebaikan yang akan didapatkan oleh orang yang berilmu berupa pahala dan
kebaikan-kebaikan yang banyak. Dan pahala tadi akan terus mengalir kepadanya
tanpa terputus selama ilmunya disampaikan oleh murid-muridnya dari generasi ke
generasi berikutnya, dan selama kitab-kitabnya dan tulisan-tulisannya dimanfaatkan
oleh para hamba di berbagai negeri, dan seperti inilah pahala dan ganjaran
orang yang berilmu akan tetap sampai kepadanya setelah kematiannya dengan sebab
ilmu yang telah dia tinggalkan untuk manusia, di mana mereka mengambil manfaat
terhadap ilmunya.
3) Ilmu merupakan tanda kebaikan seorang hamba
Ketika seorang hamba
diberi kemudahan untuk memahami dan mempelajari ilmu syar’i, itu menunjukkan
bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hamba tersebut, dan membimbingnya menuju
kepada hal-hal yang diridhai-Nya.
Kehidupannya menjadi
berarti, masa depannya cemerlang, dan kenikmatan yang tak pernah dirasakan di
dunia pun akan diraihnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Siapa yang Allah
kehendaki kebaikan kepada seorang hamba maka Ia akan difahamkan tentang
agamanya.”
(Muttafaq Alaihi dari Muawiyah bin Abi Sufyan
Radhiallahu anhuma)
4) Orang yang berilmu akan ditinggian derajatnya
Sesungguhnya allah akan meningkatkan derajat
orang-orang yang mau menuntut ilmu sebagaimana firmannya:
Artinya
:Hai orang orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “ Berlapang
lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” ( Q.S Al-Mujaadalah:11)
Ditinggikannya
derajat dengan beberapa derajat, ini menunjukkan atas besarnya keutamaan, dan
ketinggian di sini mencakup ketinggian maknawiyyah di dunia dengan tingginya
kedudukan dan bagusnya suara (artinya dibicarakan orang dengan kebaikan) dan
mencakup pula ketinggian hissiyyah (yang dirasakan oleh tubuh dan panca indera)
di akhirat dengan tingginya kedudukan di jannah. (Fathul Baarii 1/141)
Allah pun akan
meninggikan derajat orang orang yang berilmu sebagaimana diri-Nya memuliakan
diri-Nya dan mengagungkan kekuasaan-Nya, lalu setelahnya Dia memuliakan
malaikat dan kemudian memuliakan orang orang yang berilmu, sebagaimana
firman-Nya:
Artinya :“ Allah menyatakan bahwasannya tidak ada
Tuhan(yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para
malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu).
Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana” Q.S Ali Imran:18
5) menuntut ilmu merupakan ibadah dan akan
dipermudah jalan menuju syurga
Menuntut ilmu adalah
ibadah, bahkan merupakan Ibadah yang paling agung dan paling utama, sehingga
Allah menjadikannya sebagai bagian dari jihad fisabilillah, sebagaimana
firmanNya dalam surat At Taubah 122
Artinya :tidak
sepatutnya bagi mu’min itu pergi semuanya (medan perang), mengapa tidak pergi
dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk member peringatan pada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya
Rosulullah bersabda
Artinya: barang siapa menempuh jalan demi mengharapkan
suatu ilmu, maka allah akan mempermudah jalan baginya menuju syurga.
Sesungguhnya malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya karena keridhaannya akan
pencari ilmu. Sesungguuhnya semua yang ada di langit dan di bumi dan bahkan
lumba-lumba di lautan sekalipun, akan selaly memintakan ampunan bagi orang yang
berilmu
6) ilmu adalah kehidupan dan cahaya
Dalam banyak ayat, Al qur’an menganggap ilmu sebagai
kehidupan dan cahaya, sedangkan kebodohan merupakan kematian dan kegelapa.
Seperti diketahui semua bentuk kejahatan disebabkan oleh ketiadaan kehidupan
dan cahaya,dan semua kebaikan disebabkan oleh cahaya dan kehidupan.
1. Syarat-syarat
menuntut ilmu
Dalam kitab “Ta’lim
al-Muta’allim” yang ditulis oleh Imam Al-Zarnuji, beliau menulis
bahwa syarat-syarat mencari ilmu itu ada 6 yaitu:
1) Cerdas (Dzakaun)
Kecerdasan merupakan syarat pertama yang harus
dipenuhi oleh thalibul ilmi. Imam Ghazali pernah mengatakan bahwa orang yang
pintar adalah orang yang mengetahui bahwa ia tidak tahu akan sesuatu dan
karenanya dia mau belajar.
Maksud cerdas disini bukanlah tingkatan kepintaran,
melainkan tidak gila. Orang tersebut haruslah waras, dapat membedakan mana
angka satu dan dua, mana hitam dan putih, mana baju dan celana.
2) Rakus (hirsun)
Rakus adalah (punya kemauan dan semangat
untuk berusaha mencari ilmu)
menurut Imam as-Syafi’i, dalam menuntut ilmu janganlah langsung merasa puas terhadap apa yang telah didapat dan jangan hanya menuntut ilmu di satu daerah saja.
menurut Imam as-Syafi’i, dalam menuntut ilmu janganlah langsung merasa puas terhadap apa yang telah didapat dan jangan hanya menuntut ilmu di satu daerah saja.
“Tidak cukup teman belajar di dalam negeri atau
dalam satu negeri saja, tapi pergilah belajar di luar negeri, di sana banyak
teman-teman baru pengganti teman sejawat lama, jangan takut sengsara, jangan
takut menderita, kenikmatan hidup dapat dirasakan sesudah menderita.”
(diambil dari kitab Sejarah Hidup dan Silsilah Syekh Kiyai Muhammad Nawawi
Tanara Banten yang ditulis oleh H. Rofiuddin. Hal. 4).
3) Sabar
Seorang yang menuntut ilmu sudah barang tentu akan
menghadapi macam-macam gangguan dan rintangan. Selain berusaha maka bersabarlah
untuk menghadapi semua itu, dan perlu diketahui bahwa sabar adalah sebagian
dari Iman, “As-Shobru mina al-iman”. Dan Sabar disini mengandung arti tabah,
tahan menghadapi cobaan atau menerima pada perkara yang tidak disenangi atau
tidak mengenakan dengan ridha dan menyerahkan diri kepada Allah Swt, akan tetapi
kesabaran disini harus diartikan dalam pengertian yang aktif bukan dalam
pengertian yang pasif. Artinya nrimo (menerima) apa adanya tanpa usaha untuk
memperbaiki keadaan.
4) Modal/bekal
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan
wajib hukumnya bagi setiap muslim, dan dijelaskan lagi dalam hadis “Tuntutlah
ilmu mulai dari rahim ibu sampai liang lahat”. Dari hadis tersebut kita bisa
mengetahui bahwa, seumur hidup kita wajib menuntut ilmu. Pendidikan bukan hanya
pendidikan formal tetapi non formal pun ada. Rasul menjanjikan kepada para
penuntut ilmu,
“Sesungguhnya Allah pasti mencukupkan rezekinya
bagi orang yang menuntut ilmu” Dan yakinkanlah bagi para penuntut
ilmu walaupun dengan segala kekurangan (biaya) pasti mampu atau bisa
menyelesaikan pendidikan. Karena pasti akan ada jalan lain selama manusia
berusaha dan yakin terhadap kekuasaan dan pertolongan Allah Al-Yaqinu Lâ Yuzâlu
bi as-Syak Artinya: ”keyakinan tidak bisa dihilangkan oleh keragu-raguan”.
Dan akhirnya maka tidak ada alasan orang tidak bisa menuntut ilmu karena biaya,
seperti keterangan sebelumnya carilah jalan lain, solusi lain untuk bisa
menuntut ilmu.
5) Petunjuk guru
Banyak orang yang tersesat karena belajar tanpa guru,
seoarng tholibul ilmi hendaklah mempunyai seorang guru sebagai petunjuk,
walaupun ada yang mengatakan bahwa buku adalah guru yang besar, tapi buku tidak
bisa mituturi (memberi nasihat)
Karena ilmu sangat
luas dan tidak memiliki akhir maka sudah barang tentu membutuhkan waktu yang
sangat lama. Pepatah Arab mengatakan :”Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke
liang lahat” seorang pelajar harus mengulang-ulang pelajaran yang telah
didapat, jadi dalam mencari ilmu tidaklah cukup dalam waktu yang
singkat.Seperti contoh seorang untuk menjadi Doktor harus melalui SD, SMP, SMA,
hingga perguruan tinggi, dan itu bukanlah waktu yang singkat.
2. Adab mencari ilmu
1) Niat
Niat dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridho
Allah. Hendaknya diringi dengan hati yang ikhlas benar-benar karena Allah.
Bukan untuk menyombongkan diri, menipu orang lain ataupun pamer kepandaian,
tetapi untuk mengeluarkan diri dari kebodohan dan menjadikan diri kita
bermanfaat bagi orang lain
2) Bersungguh-sungguh
Dalam menuntut ilmu haruslah bersungguh-sungguh dan
tidak pernah berhenti. Allah mengisyaratkan dalam firman-Nya yang berbunyi
: “Dan orang-orang yang berjuang di jalan Kami pastilah akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan Kami.”
3) Terus menerus
Hendaklah kita jangan mudah puas atas ilmu yang kita
dapatkan sehingga kita enggan untuk mencari lebih banyak lagi. Seperti pepatah
yang disampaikan oleh Sofyan bin Ayyinah : “Seseorang akan tetap pandai
selama dia menuntut ilmu. Namun jika ia menganggap dirinya telah berilmu (cepat
puas) maka berarti ia bodoh.” Allah lebih menyukai amalan yang sedikit
tapi dilakukan secara terus menerus dibandingkan amalan yang banyak tetapi
hanya dilakukan sehari saja.
4) Sabar dalam menuntut ilmu
Salah satu kesabaran terpuji yang harus dimiliki oleh
seorang penuntut ilmu adalah sabar terhadap gurunya seperti kisah Nabi Musa as
dan Nabi Khidr as (QS Al Kahfi : 66-70). Kita jangan cepat putus asa dalam
menuntut ilmu jika mendapatkan kesulitan dalam memahami dan mempelajari ilmu.
5) Menghormati dan memuliakan orang yan menyampaikan ilmu
Di antara penghormatan murid terhadap gurunya adalah
berdiam diri maupun bertanya pada saat yang tepat dan tidak memotong
pembicaraan guru, mendengarkan dengan penuh khidmat, dan memperhatikan ketika
beliau menerangkan, dan sebagainya.
6) Baik dalam bertanya
Bertanya hendaknya untuk menghilangkan keraguan dan
kebodohan diri kita, bukan untuk meremehkan, menjebak, mengetes, mempermalukan
guru kita dan sebagainya.l Aisyah ra tidak pernah mendengar sesuatu yang belum
diketahuinya melainkan sampai beliau mengerti. Orang yang tidak mau bertanya
berarti menyia-nyiakan ilmu yang banyak bagi dirinya sendiri. Allah pun
memerintahkan kita untuk bertanya kepada orang yang berilmu seperti dalam
firman-Nya dalam QS An-Nahl:43
Artinya : dan kami tidak mengutus sebelum kamu,
kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah
pada orang-orang yang memiliki pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
Untuk
itu, menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang abadi. Seorang
muslim diwajibkan untuk menuntut ilmusyar’i. Rasulullah
Shallallahu'alaihi wa salam bersabda :
F.
Menuntut ilmu sebagai
ibadah.
Dilihat dari segi ibadah, sungguh menuntut ilmu itu sangat tinggi nilai dan
pahalanya, Nabi muhammad SAW bersabda yang artinya:
“ Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kakinya di
waktu pagi (maupun petang), kemudian mempelajari satu ayat dari kitab Allah
(Al-Qur’an), maka pahalanya lebih baik daripada ibadah satu tahun.”
Mengapa menuntut ilmu itu sangat tinggi nilainya dilihat dari segi ibadah?
Karena amal ibadah yang tidak dilandasi dengan ilmu yang berhubungan dengan itu
akan sia-sialah amalahnnya.
Syaikh Ibnu Ruslan dalam hal ini menjelaskan dalam hadist yang artinya : “
Siapa saja yang beramal (melaksanaka amal ibadah) tanpa ilmu, maka segala
amalnya akan ditolak, yakni tidak diterima.”
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penjelasan
hadits – hadits diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a)
Menuntut
ilmu agama adalah wajib bagi setiap muslim dan jangan memberikan ilmu agama
kepada orang yang enggan menerima ilmu
b)
Ilmu akan
musnah jika sudah tidak ada lagi para ulama sehingga banyak para pemimpin yang
memberi fatwa tanpa menggunakan ilmu pengetahuan, sehingga mereka saling
menyesatkan satu sama lain
c)
Bahwa
dengan ilmu manusia akan mendapatkan kebahagiaan didunia maupun diakherat.
Orang yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu sama dengan orang yang sedang
menempuh perjalanan menuju surga, Hal ini merupakan kemuliaan yang diberikan
Allah kepada orang yang mencari ilmu.
d)
Ilmu
mempunyai peranan sangat penting dalam dunia pendidikan, yang mana pendidikan
adalah Universal, ada keseimbangan antara
aspek intelektual dan spiritual, antara sifat jasmani dan rohani. Dengan
pendidikan yang benar dan akhlak yang kuat, maka akan tumbuh generasi
penerus bangsa yang beradab dan bermartabat.
B. Saran
Kita sebagai golongan terpelajar jangan hanya
menjadikan kitab- kitab hadits sebagai buku hiasan saja atau buku pelengkap
referensi, tetapi hendaklah kita baca, maknai, dan ditafsiri dengan baikdan
selanjutnya di amalkan dengan segenap kemampuan.
Dan kiranya makalah kami ini sangat jauh dari
kesempurnaan, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi
meningkatkan kesempurnaan makalah yang kami tulis ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar