Minggu, 28 Mei 2017

Makalah Dalil Naqli Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadiran-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehimgga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Dalil Naqli tentang menuntut ilmu dan mengamalkannya”.
Makalah ini disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Megang Sakti, 28 Mei 2017

Penyusun,

 DAFTAR ISI

COVER.........................................................................................................            i
KATA PENGANTAR................................................................................             ii
DAFTAR ISI...............................................................................................  iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.................................................................................   1
B.     Rumusan Masalah............................................................................   1
C.     Tujuan Makalah...............................................................................   1

BAB II PEMBAHASAN                                                                             
A.    Ilmu Dalam Islam............................................................................   3
B.     Pengertian Menuntut Ilmu..............................................................    4
C.     Hukum Menuntut Ilmu....................................................................   5
D.    Dalil Menuntut Ilmu........................................................................   6
E.     Keutamaan Menuntut Ilmu..............................................................   9
F.      Menuntut Ilmu Sebagai Ibadah........................................................  16

BAB III PENUTUP 
A.    Kesimpulan......................................................................................   17
B.     Saran.................................................................................................  17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................  18
 BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Ilmu adalah suatu yang sangat menonjol dalam agama islam, hal ini dapat dilihat dalam Al-Qur’an maupun sunnah. Hal ini menunjukkan bahwa manusia diwajibkan unruk mengembangkan ilmu pengetahuan  baik agama maupun sosial. Dijelaskan juga bahwa antara orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu memiliki kedudukan yang sangat berbeda jauh.
Selain itu dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusiapun juga akan semakin baik. Tapi pada kenyataannya dalam hidup ini banyak orang yang menggunakan akal dan kepintarannya untuk kemaksiatan. Hal ini terjadi karena ketidakseimbangan antara ilmu dunia dan akhirat. Disinilah alasan mengapa ilmu agama sangat penting diajarkan kepada anak sebelum anak tersebut menerima ilmu dunia dan islam memandang ilmu sebagai suatu yang pokok dalam ajaran islam dan menjadi suatu yang wajib dimiliki oleh setiap muslim.


B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Ilmu Dalam Islam?
2.      Apa Pengertian Menuntut lmu?
3.      Bagaimana Hukum Menuntut Ilmu?
4.      Apa saja Dalil Nagli Tentang Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya?
5.      Apa Keutamaan Menuntut Ilmu?
6.      Bagaimana Adab menuntut Ilmu?


C.    Tujuan Makalah
1.      Untuk Mengetahui Pengertian Ilmu Dalam Islam.
2.      Untuk Mengetahui Pengertian Menuntut Ilmu.
3.      Untuk Mengetahui Hukum Menuntut Ilmu.
4.      Untuk Mengetahui Dalil Nagli Tentang Menuntut Ilmu dan Mengamalkannya.
5.      Untuk Mengetahui Keutamaan Menuntut Ilmu.
6.      Untuk Mengetahui Adab menuntut Ilmu.


























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Ilmu dalam islam
Islam adalah agama yang mengutamakan sebuah ilmu. Dalam islam diwajibkan untuk semua individu muslim untuk menuntut ilmu. Selain belajar ilmu-ilmu yang bermaktub Al-Qur’an dan sunnah seorang muslim juga dianjurkan untuk memplajari ilmu yang bersifat kejadian alam maupun yang lainnya, dan akan menghasilkan ilmu ilmu lain seperti ilmu astronomi, ilmu bumi, ilmu sosial. Selain itu dalam Al-Qur’an Allah berfirman bahwa derajat orang yang berilmu sangat tinggi melebihi ‘abid (Ahli Ibadah).
Keutamaan disini dimaksudkan bahwa orang yang beribadah dengan ilmu dan orang yang beribadah tanpa tahu ilmunya akan berbeda nilainya dari segi pahala yang diperoleh. Allah beriman dalam surat Al-Maidah ayat 11:  yang artinya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman siantaramu dan orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Setelah itu pada ayat ke 4-5 pada surat Al-Alaq:
disamping lidah untuk membaca, Tuhan pun mentakdirkan bahwa dengan pena ilmu dapat dicatat, dapat pula diartikan dengan sarana dan usaha.
Dari ayat diatas kita dapat menjelaskan dua cara yang ditempuh Allah SWT dalam mengajarkan manusia, pertama  melalui pena (tulisan) yang harus dibaca oleh setiap manusia dan yang kedua melalui pengajaran secara langsung tanpa alat. Cara ini dikenal dengan Ilmu ladunni.
Allah melengkapi menusia dengan pendengaran, penglihatan, akal dan hati. Jadi ilmu dapat diperoleh melalui pendengaran dan penglihatan, kemudian diproses dalam pikiran, sedangkan hati untuk menimbang apakah ilmu itu dapat mendekatkan diri pada Allah atau bahkan menjauhkan.
Segala sesuatu yang mendekatkan diri kepada Allah dan petunjuk-petunjuk pada arah tersebut adalah terpuji. Ilmu hanya berguna jika dijadikan alat untuk mendekatkan diri kepada Allah, jika tidak maka ilmu akan menjadi penghalang  besar.
Jadi tujuan sebenarnya adalah bahwa ilmu itu untuk mendekatkan diri kepada Allah, contohnya melalui ilmu tentang bumi, bagaimana langit diciptakan membuat kita semakin menambah keimanan kita kepada Allah.
Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia di alam ini adalah sebagai kholifah. Untuk melaksanakan fungsi ini Allah SWT membekali manusia dengan seperangkat potensi dalam diri, maksudnya berkemampuan menciptakan sesuatu yang berguna bagi dirinya, masyarakat dan lingkungannya.
Fungsi asasi hidup manusia adalah kholifah(wakil) Allah diatas alam ini untuk menerjemahkan, menjabarkan sifat-sifat Allah yang maha tahu itu dalam batas kemanusiaan.

B.     Pengertian Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik,karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan.
Seseorang harus memulai dengan ilmu sebelum beramal.Maksud dari beramal adalah melakukan kegiatan atau melakukan suatu pekerjaan. Dalam melakukan pekerjaan manusia dituntut mengetahui ilmunya  dari pekerjaan tersebut. Karena dengan mengetahui ilmunya pekerjaan akan lebih terarah dan tidak berantakan.
MenuntutilmumerupakanibadahsebagaimasabdaNabi Muhammad Saw.
Artinya :
Mu’adz bin Jabbal berkata : “Tuntutlah ilmu, karena mempelajari ilmu karena mengharapkan wajah Allah itu mencerminkan rasa Khasyyah, mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya adalah Jihad, mengajarnya untuk keluarga adalah Taqarrub.”
Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan antara laki-laki dan perempuan. Hal yang paling di harapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya perubahan pada diri individu ke arah yang lebih baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada setiap individu.

 Perbedaan Orang yang Berilmu dengan Orang Bodohv
Dalam Al- Qur’an Allah SWT. Berfirman,
Artinya: "(apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang dia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran."(Az-Zumar:9)
Allah SWT membedakan antara orang yang berilmu dan orang yang jahil.Keduanya tidak sama. Terlepas dari substansi ilmu pengetahuan, yang terpenting adalah antara orang yang berilmu dengan orang yang bodoh jelas tidaklah sama.Seperti halnya antara orang yang buta dan orang yang melihat,kegelapan dan cahaya, orang yang hidup dana mati, manusia dan hewan, serta antara penghuni surga dan penghuni neraka.[3]


C.     Hukum menuntut ilmu
         Apabila kita memperhatikan isi Al-Qur’an dan sunnah, maka terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas dan jauh dari kabut kejahilan maupun kebodohan.
           Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi Muhammad SAW yang artinya :
           “ Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan”. (HR. Ibn Abdulbari)
           Dari hadist ini kita memperoleh perngertian bahwa islam mewajibkan pemeluknya agar menjadi orang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemaslahatan dan jalan kemanfaatan; menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dengan ‘aqaid dan ibadah, baik yang berhubungan soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup.
           Ilmu yang diamalkan sesuai dengan perintah-perintah syara’. Hukum perintah menuntut ilmu itu adakalanya wajib ‘ain dan adakalanya wajib kifayah. Sedangkan ilmu yang wajib kifayah hukum mempelajarinya ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya. Ilmu yang wajib ‘ain dipelajari oleh mukallaf yaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan aqidah yang wajib dipercaya oleh seluruh muslimin dan yang perlu diketahui untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya seperti sholat, puasa, zakat, dan haji.

D.    Dalil tentang menuntut ilmu
1.      Surat At – Taubah ayat 122

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
     

Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q.S. At-Taubah: 122)
Firman Allah SWT diatas maksudnya adalah perintah jihad bukanlah fardhuain, melainkan fardhu kifayah—sebagaimana telah dijelaskan dalam pembahasan terdahulu—karena jika setiap orang pergi berjihad, maka tidak akan ada lagi generasi muda. Oleh karena itu, sebaiknya ada satu kelompok pergi berjihad dan kelompok lain menetap untuk mendalami ilmu agama serta menjaga kaum wanita. Dengan demikian, apabila kelompok yang pergi berjihad kembali dari medan laga, maka kelompok penuntut ilmu mengajarkan kepada mereka hukum-hukum syariat.

2.      Surat Al – Mujaadilah ayat 11

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya :  “Hi orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: ‘berlapang-lapanglah dalam majelis’, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan; ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan,”(Q.S Al-Mujadilah, 58; 11)

Kesimpulan isi atau kandungan ayat 11 aurah Al-Mujadilah antara lain sebagai berikut:
a. Suruhan untuk memberikan kelapangan kepada orang lain dalam majelis ilmu, majelis zikir, dan segala majelis yang sifatnya menaati Allah SWT dan rasul-nya.
b.  Allah SWT mengangkat orang-orang beriman atas orang-orang yang tidak beriman beberapa derajat tingginya, dan Allah SWT mengangkat orang-orang beriman dan berilmu pengetahuan atas orang-orang yang beriman tetapi tidak berilmu pengetahuan beberapa derajat tingginya. Ringkasnya Allah SWT meninggikan derajat orang-orang beriman, teristimewa orang-orang beriman lagi berilmu pengetahuan.

3.      Hadits Nabi Muhammad SAW.
           
1)      Hadits pertama
“ Dari Abu Ad – Darda r.a berkata, “Aku mendengar Rasuulullaah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda : “Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu ,maka Allah akan mempermudah jalan ke surga. Sungguh, para Malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridhaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan seorang alim ( yang menggunakan ilmunya ) dibanding ahli ibadah ( yang tidak berilmu ) seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanya mewariskan ilmu. Barang siapa yang mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang sempurna.” ( H.R. Abu Daud).
2)      Hadits kedua
“ Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al – ‘Ash r.a. berkata ; “ Saya pernah mendengar Rasuulullaah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda : sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu secara paksa dari hati umat manusia. Tetapi Allah akan menghapuskan ilmu – ilmu agama dengan mewafatkan para ulama, hingga tidak ada seorang ulama pun yang akan tersisa. Kemudian mereka akan mengangkat para pemimpin yang bodoh. Apabila mereka, para pemimpin yang bodoh itu dimintai fatwa, maka mereka akan berfatwa tanpa berlandaskan ilmu hingga mereka tersesat dan menyesatkan.” (H.R. Mutafak ‘alaih/ Bukhari Muslim).

3)      Hadits ketiga
“Dari Abu Hurairah berkata, “Rasuulullaah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda : “ Barang siapa ditanya mengenai suatu ilmu lalu ia menyembunyikannya, maka ia akan dicambuk dengan cambuk dari api neraka pada hari kiamat.” (H.R. Abu Daud).

            Maksud dari hadits pertama adalah seseorang yang menuntut ilmu akan dimudahkan jalan menuju surga, sebab dengan ilmu seorang dapat menggapai surga. Orang alim yang berilmu memiliki lebih banyak kelebihan daripada orang yang ahli ibadah tidak disertai ilmu.Para ulama adalah pewaris para nabi sedangkan para nabi tidak meninggalkan warisan harta apapun, melainkan hanyalah ilmu.
            Sedangkan, maksud dari hadits kedua adalah apabila Allah SWT. menghendaki suatu kampung atau negeri kebaikan, maka di dalam suatu kampung atau negeri akan terdapat ulama yang memiliki ilmu secara mumpuni yang mengamalkan ilmunya dengan ikhlas. Jika  Allah SWT. menghendaki suatu kampung atau negeri buruk, maka Allah akan mewafatkan para ulama di dalam suatu kampung atau negeri. Dengan wafatnya para ulama, maka berangsur – angsur Allah SWT. akan mencabut dan menghilangkan ilmu. Jika, ilmu telah dicabut, maka tidak ada lagi rahmat dan keberkahan di muka bumi ini.

            Hadits ketiga menegaskan bahwa seseorang yang telah mamiliki ilmu, hendaknya mengajarkan ilmu itu kepada orang lain. Bagi orang yang berilmu tetapi tidak   mau mengamalkannya dan menyembunyikannya, maka orang yang berilmu akan berdosa dan mendapat siksa.


E.     Keutamaan Menuntut Ilmu
Selain Al-Qur’an banyak sekali hadits yang menjelaskan keutamaan ilmu dan kedudukan ulama, baik dimata Allah maupun dimata manusia, di dunia maupun di akhirat. Ulama di hargai demikian tingginya tak tertandingi oleh siapapun, dan tak mungkin dapat dikejar, kecuali melalui ilmu.
Berikut beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan didalam Al-qur’an dan As-Sunnah:
1)      kelebihan ilmu dibanding ibadah
Salah satu fadhilah ilmu dari ibadah adalah bahwa kebanyakan manfaat ibadah terbatas pada pelakunya. Orang yang melakukan salat atauberpuasa, haji, zikir dan ibadah yang lai, akan mendapat kebaikan-kebaikan amal perbuatannya dan peningkatan derajatnya. Tetapi, masyarakat lain tidak akan mndapat ganjaran mereka sedikitpun secara langsung. Berbeda dengan ilmu; ia bermanfaat jauh melampui si pilaku itu sendiri, sampai pada orang yang mendengarnya, atau membacanya. Ilmu tidak mengenal ikatan, tidak pula mengakui adanya dinding dan jurang pemisah. Lebih-lebih pada zaman kita sekarang, ketika ilmu tersebar luas melalui radio dan televisi yang dapat ditangkap dalam beberapa detik dan bahkan dalam seketika itu juga para pendengar dan para pemirsa yang ada diberbagai tempat.

2)      Ilmu tidak terputus lantaran berahirnya hayat
Ilmu  tidak terputus lantaran berahirnya hayat, dan ilmu tidak mati dengan kematian pemiliknya. Tetapi bagi orang yang salat, atau berpuasa, atau membayar zakat,berhaji, berumroh, bertasbih, bertahlil, berzikr, dan bertakbir, semua amal ini mendapat balasandari allah, tetapi balasan itu terputus lantaran selesai atau berakhirnya amala tertentu. Adapun ilmu, ia terus berpengaruh selama orang masih memanfaatkanya.[6]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:

"Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak shalih yang mendo'akannya." (HR. Muslim no.1631)
Betapa besarnya kebaikan yang akan didapatkan oleh orang yang berilmu berupa pahala dan kebaikan-kebaikan yang banyak. Dan pahala tadi akan terus mengalir kepadanya tanpa terputus selama ilmunya disampaikan oleh murid-muridnya dari generasi ke generasi berikutnya, dan selama kitab-kitabnya dan tulisan-tulisannya dimanfaatkan oleh para hamba di berbagai negeri, dan seperti inilah pahala dan ganjaran orang yang berilmu akan tetap sampai kepadanya setelah kematiannya dengan sebab ilmu yang telah dia tinggalkan untuk manusia, di mana mereka mengambil manfaat terhadap ilmunya.

3)      Ilmu merupakan tanda kebaikan seorang hamba
Ketika seorang hamba diberi kemudahan untuk memahami dan mempelajari ilmu syar’i, itu menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hamba tersebut, dan membimbingnya menuju kepada hal-hal yang diridhai-Nya.
Kehidupannya menjadi berarti, masa depannya cemerlang, dan kenikmatan yang tak pernah dirasakan di dunia pun akan diraihnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
“Siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepada seorang hamba maka Ia akan difahamkan tentang agamanya.”
(Muttafaq Alaihi dari Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu anhuma)

4)      Orang yang berilmu akan ditinggian derajatnya
Sesungguhnya allah akan meningkatkan derajat orang-orang yang mau menuntut ilmu sebagaimana firmannya:
 Artinya :Hai orang orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “ Berlapang lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.  Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” ( Q.S Al-Mujaadalah:11)
Ditinggikannya derajat dengan beberapa derajat, ini menunjukkan atas besarnya keutamaan, dan ketinggian di sini mencakup ketinggian maknawiyyah di dunia dengan tingginya kedudukan dan bagusnya suara (artinya dibicarakan orang dengan kebaikan) dan mencakup pula ketinggian hissiyyah (yang dirasakan oleh tubuh dan panca indera) di akhirat dengan tingginya kedudukan di jannah. (Fathul Baarii 1/141)
Allah pun akan meninggikan derajat orang orang yang berilmu sebagaimana diri-Nya memuliakan diri-Nya dan mengagungkan kekuasaan-Nya, lalu setelahnya Dia memuliakan malaikat dan kemudian memuliakan orang orang yang berilmu, sebagaimana firman-Nya:
Artinya :“ Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan(yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” Q.S Ali Imran:18
5)      menuntut ilmu merupakan ibadah dan akan dipermudah jalan menuju syurga
Menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan merupakan Ibadah yang paling agung dan paling utama, sehingga Allah  menjadikannya sebagai bagian dari jihad fisabilillah, sebagaimana firmanNya dalam surat At Taubah 122
 Artinya :tidak sepatutnya bagi mu’min itu pergi semuanya (medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk member peringatan pada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya
 Rosulullah bersabda 
Artinya: barang siapa menempuh jalan demi mengharapkan suatu ilmu, maka allah akan mempermudah jalan baginya menuju syurga. Sesungguhnya malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya karena keridhaannya akan pencari ilmu. Sesungguuhnya semua yang ada di langit dan di bumi dan bahkan lumba-lumba di lautan sekalipun, akan selaly memintakan ampunan bagi orang yang berilmu

6)      ilmu adalah kehidupan dan cahaya
Dalam banyak ayat, Al qur’an menganggap ilmu sebagai kehidupan dan cahaya, sedangkan kebodohan merupakan kematian dan kegelapa. Seperti diketahui semua bentuk kejahatan disebabkan oleh ketiadaan kehidupan dan cahaya,dan semua kebaikan disebabkan oleh cahaya dan kehidupan.

1.      Syarat-syarat menuntut ilmu
Dalam kitab “Ta’lim al-Muta’allim” yang ditulis oleh Imam Al-Zarnuji, beliau menulis bahwa syarat-syarat mencari ilmu itu ada 6 yaitu:
1)      Cerdas (Dzakaun)
Kecerdasan merupakan syarat pertama yang harus dipenuhi oleh thalibul ilmi. Imam Ghazali pernah mengatakan bahwa orang yang pintar adalah orang yang mengetahui bahwa ia tidak tahu akan sesuatu dan karenanya dia mau belajar.
Maksud cerdas disini bukanlah tingkatan kepintaran, melainkan tidak gila. Orang tersebut haruslah waras, dapat membedakan mana angka satu dan dua, mana hitam dan putih, mana baju dan celana.

2)      Rakus (hirsun)
Rakus adalah (punya kemauan dan semangat untuk berusaha mencari ilmu)
menurut Imam as-Syafi’i, dalam menuntut ilmu janganlah langsung merasa puas terhadap apa yang telah didapat dan jangan hanya menuntut ilmu di satu daerah saja.
Tidak cukup teman belajar di dalam negeri atau dalam satu negeri saja, tapi pergilah belajar di luar negeri, di sana banyak teman-teman baru pengganti teman sejawat lama, jangan takut sengsara, jangan takut menderita, kenikmatan hidup dapat dirasakan sesudah menderita.” (diambil dari kitab Sejarah Hidup dan Silsilah Syekh Kiyai Muhammad Nawawi Tanara Banten yang ditulis oleh H. Rofiuddin. Hal. 4).
3)      Sabar
Seorang yang menuntut ilmu sudah barang tentu akan menghadapi macam-macam gangguan dan rintangan. Selain berusaha maka bersabarlah untuk menghadapi semua itu, dan perlu diketahui bahwa sabar adalah sebagian dari Iman, “As-Shobru mina al-iman”. Dan Sabar disini mengandung arti tabah, tahan menghadapi cobaan atau menerima pada perkara yang tidak disenangi atau tidak mengenakan dengan ridha dan menyerahkan diri kepada Allah Swt, akan tetapi kesabaran disini harus diartikan dalam pengertian yang aktif bukan dalam pengertian yang pasif. Artinya nrimo (menerima) apa adanya tanpa usaha untuk memperbaiki keadaan.
4)      Modal/bekal
 Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan wajib hukumnya bagi setiap muslim, dan dijelaskan lagi dalam hadis “Tuntutlah ilmu mulai dari rahim ibu sampai liang lahat”. Dari hadis tersebut kita bisa mengetahui bahwa, seumur hidup kita wajib menuntut ilmu. Pendidikan bukan hanya pendidikan formal tetapi non formal pun ada. Rasul menjanjikan kepada para penuntut ilmu,
Sesungguhnya Allah pasti mencukupkan rezekinya bagi orang yang menuntut ilmu”  Dan yakinkanlah bagi para penuntut ilmu walaupun dengan segala kekurangan (biaya) pasti mampu atau bisa menyelesaikan pendidikan. Karena pasti akan ada jalan lain selama manusia berusaha dan yakin terhadap kekuasaan dan pertolongan Allah Al-Yaqinu Lâ Yuzâlu bi as-Syak Artinya: ”keyakinan tidak bisa dihilangkan oleh keragu-raguan”. Dan akhirnya maka tidak ada alasan orang tidak bisa menuntut ilmu karena biaya, seperti keterangan sebelumnya carilah jalan lain, solusi lain untuk bisa menuntut ilmu.

5)      Petunjuk guru
Banyak orang yang tersesat karena belajar tanpa guru, seoarng tholibul ilmi hendaklah mempunyai seorang guru sebagai petunjuk, walaupun ada yang mengatakan bahwa buku adalah guru yang besar, tapi buku tidak bisa mituturi (memberi nasihat)
Karena ilmu sangat luas dan tidak memiliki akhir maka sudah barang tentu membutuhkan waktu yang sangat lama. Pepatah Arab mengatakan :”Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat” seorang pelajar harus mengulang-ulang pelajaran yang telah didapat, jadi dalam mencari ilmu tidaklah cukup dalam waktu yang singkat.Seperti contoh seorang untuk menjadi Doktor harus melalui SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi, dan itu bukanlah waktu yang singkat.

2.      Adab mencari ilmu
1)      Niat
Niat dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridho Allah. Hendaknya diringi dengan hati yang ikhlas benar-benar karena Allah. Bukan untuk menyombongkan diri, menipu orang lain ataupun pamer kepandaian, tetapi untuk mengeluarkan diri dari kebodohan dan menjadikan diri kita bermanfaat bagi orang lain
2)      Bersungguh-sungguh
Dalam menuntut ilmu haruslah bersungguh-sungguh dan tidak pernah berhenti. Allah mengisyaratkan dalam firman-Nya yang berbunyi : “Dan orang-orang yang berjuang di jalan Kami pastilah akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami.”
3)      Terus menerus
Hendaklah kita jangan mudah puas atas ilmu yang kita dapatkan sehingga kita enggan untuk mencari lebih banyak lagi. Seperti pepatah yang disampaikan oleh Sofyan bin Ayyinah : “Seseorang akan tetap pandai selama dia menuntut ilmu. Namun jika ia menganggap dirinya telah berilmu (cepat puas) maka berarti ia bodoh.” Allah lebih menyukai amalan yang sedikit tapi dilakukan secara terus menerus dibandingkan amalan yang banyak tetapi hanya dilakukan sehari saja.
4)      Sabar dalam menuntut ilmu
Salah satu kesabaran terpuji yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu adalah sabar terhadap gurunya seperti kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidr as (QS Al Kahfi : 66-70). Kita jangan cepat putus asa dalam menuntut ilmu jika mendapatkan kesulitan dalam memahami dan mempelajari ilmu.
5)      Menghormati dan memuliakan orang yan menyampaikan ilmu
Di antara penghormatan murid terhadap gurunya adalah berdiam diri maupun bertanya pada saat yang tepat dan tidak memotong pembicaraan guru, mendengarkan dengan penuh khidmat, dan memperhatikan ketika beliau menerangkan, dan sebagainya.
6)      Baik dalam bertanya
Bertanya hendaknya untuk menghilangkan keraguan dan kebodohan diri kita, bukan untuk meremehkan, menjebak, mengetes, mempermalukan guru kita dan sebagainya.l Aisyah ra tidak pernah mendengar sesuatu yang belum diketahuinya melainkan sampai beliau mengerti. Orang yang tidak mau bertanya berarti menyia-nyiakan ilmu yang banyak bagi dirinya sendiri. Allah pun memerintahkan kita untuk bertanya kepada orang yang berilmu seperti dalam firman-Nya dalam QS An-Nahl:43

Artinya : dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah pada orang-orang yang memiliki pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
           Untuk itu, menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang abadi. Seorang muslim diwajibkan untuk menuntut ilmusyar’i. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa salam bersabda :


F.   Menuntut ilmu sebagai ibadah.
           Dilihat dari segi ibadah, sungguh menuntut ilmu itu sangat tinggi nilai dan pahalanya, Nabi muhammad SAW bersabda yang artinya:
“ Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kakinya di waktu pagi (maupun petang), kemudian mempelajari satu ayat dari kitab Allah (Al-Qur’an), maka pahalanya lebih baik daripada ibadah satu tahun.”
           Mengapa menuntut ilmu itu sangat tinggi nilainya dilihat dari segi ibadah? Karena amal ibadah yang tidak dilandasi dengan ilmu yang berhubungan dengan itu akan sia-sialah amalahnnya.
           Syaikh Ibnu Ruslan dalam hal ini menjelaskan dalam hadist yang artinya : “ Siapa saja yang beramal (melaksanaka amal ibadah) tanpa ilmu, maka segala amalnya akan ditolak, yakni tidak diterima.”
















BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Dari penjelasan hadits – hadits diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
a)      Menuntut ilmu agama adalah wajib bagi setiap muslim dan jangan memberikan ilmu agama kepada orang yang enggan menerima ilmu
b)      Ilmu akan musnah jika sudah tidak ada lagi para ulama sehingga banyak para pemimpin yang memberi fatwa tanpa menggunakan ilmu pengetahuan, sehingga mereka saling menyesatkan satu sama lain
c)      Bahwa dengan ilmu manusia akan mendapatkan kebahagiaan didunia maupun diakherat. Orang yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu sama dengan orang yang sedang menempuh perjalanan menuju surga, Hal ini merupakan kemuliaan yang diberikan Allah kepada orang yang mencari ilmu.
d)     Ilmu mempunyai peranan sangat penting dalam dunia pendidikan, yang mana pendidikan adalah Universal, ada keseimbangan  antara aspek intelektual dan spiritual, antara sifat jasmani dan rohani. Dengan pendidikan  yang benar dan akhlak yang kuat, maka akan tumbuh generasi penerus bangsa yang beradab dan bermartabat.

B.     Saran
Kita sebagai golongan terpelajar jangan hanya menjadikan kitab- kitab hadits sebagai buku hiasan saja atau buku pelengkap referensi, tetapi hendaklah kita baca, maknai, dan ditafsiri dengan baikdan selanjutnya di amalkan dengan segenap kemampuan.
Dan kiranya makalah kami ini sangat jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi meningkatkan kesempurnaan makalah yang kami tulis ini.


DAFTAR PUSTAKA