KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan
makalah pada bidang Pelajaran Sosiologi yang berjudul “Konflik”.
Tantangan zaman yang menghadang bangsa kita
sekarang banyak yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial-politik yang di
dalamnya sering terjadi suatu konflik. Sehubungan dengan itu, dalam
kedudukannya sebagai sebuah makalah yang mengandung banyak kajian mengenai
definisi, asal muasal, serta rentetan kejadian suatu konflik, diharapkan dapat
memberikan edukasi lebih, mengenai cara menghindari dan mengatasi suatu konflik
yang terjadi pada beberapa aspek, seperti pada bidang sosial-politik, ras,
agama, serta individu.
Sebagai bentuk upaya partisipasi serta pemenuhan
tugas dari mata pelajaran Sosiologi, penulis berupaya menyusun makalah ini,
yang bersumber dari beberapa buku dan juga dari internet. Besar harapan penulis, makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
khususnya bagi penulis sendiri.
Penulis menyadari bahwasannya makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan, dari pembahasan sampai dari ejaan bahasanya. Oleh
karena itu penulis mengaharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun,
guna terciptanya suatu koreksi yang baik untuk dapat di jadikan acuan di
kemudian hari.
Megang Sakti 11 Juni 2017
Penulis
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR
ISI.................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang............................................................................................. 1
1.2.
Rumusan
Masalah........................................................................................ 2
1.3.
Tujuan
Makalah........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian
Konflik....................................................................................... 3
2.2.
Faktor Penyebab
Konflik............................................................................ 4
2.3.
Macam – Macam Konflik........................................................................... 5
2.4.
Teori – teori Konflik dan
Kekerasan........................................................... 6
2.5.
Dampak Konflik.......................................................................................... 9
2.6.
Cara Pengendalian dan Penyelesaian
Konflik............................................. 10
BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan.................................................................................................. 13
3.2.
Saran............................................................................................................ 14
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................................... 15 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konflik merupakan fenomena dinamika yang
tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan organisasi, bahkan konflik selalu
hadir dalam setiap hubungan kerja antara individu dan kelompok. Tujuan
organisasi pada dasarnya adalah memberikan tugas yang terpisah dan berbeda
kepada masing-rnasing orang dan menjamin tugas -tugas tersebut terkoordinir
menurut suatu cara yang dapat mencapai tujuan organisasi. Organisasi itu
sendiri bukanlah suatu tujuan tetapi merupakan alat untuk mencapai
tujuan. Menurut Swastha, sebuah organisasi itu terdiri atas orang-orang yang
melakukan tugas-tugas yang berbeda yang dikoordinir untuk mencapai tujuan
organisasi tersebut.
Dengan kata lain organisasi merupakan
sekelompok orang yang bekerja bersama-sama ke arah suatu tujuan. Kerja sama untuk
mencapai tujuan merupakan kebutuan individu dalam era globalisasi seperti
sekarang ini dan di masa yang akan datang tak seorang pun individu yang
dapat melepaskan diri dari organisasi. Melalui organisasi interaksi
individu, kelompok dapat menjadi efektif apa yang yang menjadi tujuan
pribadinya akan dapat dicapai.Di dalam organisasi terdiri dari individu dan
kelompok yang selalu berinteraksi baik dalam kerja sama maupun perbedaan.
Perbedaan ini merupakan situasi ketidaksepahaman antara dua individu atau
lebih terhadap suatu masalah yang merekahadapi di dalam sebuah organisasi.
Perbedaan pada individu merupakan potensi manusia yang dapat menjadi
potensi positif maupun negatif. Upaya menumbuhkan/mengembangkan potensi positif
dan meminimalkan potensi negatif adalah upaya penanganan konflik.
Penanganan konflik terkait dengan
kapasitas seseorang menstimulasi konflik, mengendalikan konflik, dan mencari
solusi pada tingkat yang optimum. Kemampuan yang diperlukan dalam rangka
penanganan konflik ini terwujud dalam bentuk keluasan pandangan dan wawasan
seseorang dalam rnemandang setiap persoalan, baik yang memiliki perbedaan,
maupun yang sama dengan kerangka pemikirannya. Ketrampilan penanganan konflik
terwujud dalam bentuk pencarian solusi terhadap konflik-konflik yang terjadi
sehingga tidak berdampak buruk terhadap individu maupun organisasi. Konflik
dapat menimbulkan dampak baik yang sifatnya konstruktif maupun yang destruktif.
Karena dampak yang ditimbulkannya tidak selamanya jelek, maka perlu dikelola
dan penanganan yang baik. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka kajian ini
dapat dirumuskan permasalahannya yaitu strategi apakah yang digunakan dalam
penanganan konflik pada organisasi?
Penulisan makalah ini selain diajukan
untuk memenuhi Tugas Softskil Teori Organisasi Umum 1 bertujuan untuk
mengelahui strategi apakah yang digunakan untuk penanganan konflik dalam suatu
organisasi. Manfaat penulisan ini adalah untuk memberikan kontribusi pada
organisasi maupun individu dalam penanganan perbedaan-perbedaan konstruktif
secara produktif.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian konflik?
2. Apa
saja faktor penyebab konflik?
3. Apa
saja macam – macam konflik?
4. Apa
saja teori tentang konflik dan kekerasan?
5. Bagaimana
dampak dari konflik?
6. Bagaimana
cara pengendalian konflik?
1.3. Tujuan Makalah
1. Untuk
memenuhi tugas makalah sosiologi.
2. Untuk
mengetahui pengertian konflik.
3. Untuk
mengetahui penyebab konflik.
4. Untuk
mengetahui macam – macam konflik.
5. Untuk
mengetahui teori – teori tentang konflik dan kekerasan.
6. Untuk
mengetahui dampak konflik.
7. Untuk
mengetahui cara pengendalian konflik.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Konflik
Konflik berasal
dari kata kerja Latin configere yang
berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
Beberapa
tokoh banyak pendapat tentang definisi konflik sosial. Diantaranya adalah
sebagai berikut
1. Menurut
Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan
sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya
keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau
lebih pihak secara berterusan.
2. Menurut
Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama,
hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika
masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri –
sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
3. Menurut
Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi
individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam
organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya,
jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka
konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
4. Dipandang
sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada
tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi
(Muchlas, 1999). Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat
dekat hubungannya dengan stres.
5. Menurut
Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih
pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan
oleh perbedaan tujuan.
6. Konflik
dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang
sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak
mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif
(Robbins, 1993).
7. Konflik
merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok
dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian
menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan,
diingat, dan dialami (Pace & Faules, 1994:249).
8. Konflik
dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi
(Folger & Poole: 1984).
9. Konflik
senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin
dicapai, alokasi sumber – sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun
perilaku setiap pihak yang terlibat (Myers,1982:234-237; Kreps, 1986:185;
Stewart, 1993:341).
10. Interaksi yang disebut
komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak dapat disangkal
akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda – beda (Devito, 1995:381)
2.2. Faktor Penyebab Konflik
1.
Perbedaan
individu
Perbedaan individu yang meliputi
perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
Misalnya, ketika berlangsung pentas
musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan
berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang
merasa terhibur.
2.
Perbedaan
latar belakang kebudayaan
Perbedaan latar belakang kebudayaan
sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.Seseorang sedikit banyak akan
terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan
pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu
yang dapat memicu konflik.
3.
Perbedaan
kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian
maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang
bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang
berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan
yang berbeda-beda.
4.
Perubahan-perubahan
nilai
Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan
mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.
Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang
mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial
sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak
pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi
nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya.
Hubungan kekerabatan bergeser menjadi
hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan.
Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang
pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu
yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industry.
2.3. Macam – Macam Konflik
Menurut
Baden Eunson (Conflict Management, 2007,diadaptasi), terdapat beragam jenis
konflik:
1. Konflik
vertikal yang terjadi antara tingkat
hirarki,seperti antara manajemen puncak dan manajemen menengah, manajemen
menengah dan penyelia, dan penyelia dan subordinasi. Bentuk konflik bisa berupa
bagaimana mengalokasi sumberdaya secara optimum, mendeskripsikan tujuan,
pencapaian kinerja organisasi, manajemen kompensasi dan karir.
2. Konflik
Horisontal, yang terjadi di
antara orang-orang yang bekerja pada tingkat hirarki yang sama di dalam
perusahaan. Contoh bentuk konflik ini adalah tentang perumusan tujuan yang
tidak cocok, tentang alokasi dan efisiensi penggunaan sumberdaya, dan
pemasaran.
3. Konflik
di antara staf lini, yang
terjadi di antara orang-orang yang memiliki tugas berbeda. Misalnya antara
divisi pembelian bahan baku dan divisi keuangan. Divisi pembelian mengganggap
akan efektif apabila bahan baku dibeli dalam jumlah besar dibanding
sedikit-sedikit tetapi makan waktu berulang-ulang. Sementara divisi keuangan
menghendaki jumlah yang lebih kecil karena terbatasnya anggaran. Misal lainnya
antara divisi produksi dan divisi pemasaran. Divisi pemasaran membutuhkan
produk yang beragam sesuai permintaan pasar. Sementara divisi produksi hanya
mampu memproduksi jumlah produksi secara terbatas karena langkanya sumberdaya
manusia yang akhli dan teknologi yang tepat.
4. Konflik
peran berupa kesalahpahaman tentang
apa yang seharusnya dikerjakan oleh seseorang. Konflik bisa terjadi
antarkaryawan karena tidak lengkapnya uraian pekerjaan, pihak karyawan memiliki
lebih dari seorang manajer, dan sistem koordinasi yang tidak jelas.
2.4. Teori – Teori Konflik dan
Kekerasan
Teori
– teori motivasi dapat diklasifikasikan baik sebagai teori kepuasan atau teori
proses. Dimana terdapat faktor – faktor dalam diri (mis. Kebutuhan, tujuan,
motif) yang memberi energi, mengarahkan, mempertahankan, dan menghentikan perilaku.Teori proses
motivasi merupakan teori yang menerangkan dan menganalisis bagaimana perilaku
didorong, diarahkan, dipertahankan dan dihentikan. Teori kepuasan motivasi
merupakan teori yang menfokuskan pada faktor – faktor dalam diri seseorang yang
mendorong, mengarahkan, mempertahankan, dan menghentikan perilaku.Hirarki
kebutuhan Maslow, teori ERG Alderfer, teori dua fakta Herzberg dan teori
kebutuhan yang dipelajari dari Mc Clelland adalah empat teori isi dari motivasi
yang penting. Masing – masing memiliki dampak yang penting pada praktik
manajemen.
1.
Teori Douglass McGregor dan Teori X
– Y
Douglas
McGregor menyatakan bahwa ada dua pandangan tentang manusia : yang pertama pada
dasarnya negatif. – Teori X – dan yang lainnya pada dasarnya positif – Teori Y
-. Setelah mempelajari cara manajer menghadapi pegawai. McGregor berkesimpulan
bahwa pandangan seorang manajer tentang sifat manusia didasarkan atas
pengelompokkan asumsi tertentu dan bahwa manusia cenderung untuk menyesuaikan
perilakunya terhadap bawahannya sesuai dengan asumsi – asumsi tersebut.
Terdapat
empat asumsi yang dianut oleh para manajer menurut Teori X :
- Para pegawai pada dasarnya tidak
menyukai pekerjaan dan, jika mungkin, berusaha menghindarinya.
- Karena pegawai tidak menyukai
pekerjaan, maka mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau diancam dengan
hukuman untuk mencapai tujuan – tujuan yang diinginkan.
- Para pegawai akan mengelakkan
tanggung jawab dan mencari pengarahan yang formal sepanjang hal itu
mungkin.
- Kebanyakan pegawai menempatan rasa
aman diatas faktor lain yang berhubungan dengan pekerjaan dan hanya akan
memperlihatkan sedikit ambisi.
Kebalikan
dari pandangan yang negatif terhadap manusia, McGregor menempatkan empat asumsi
lain yang disebut Teori Y :
- Para pegawai dapat melihat
pekerjaan sebagai sesuatu yang biasa seperti halnya istirahat atau
bermain.
- Manusia akan menentukan arahnya
sendiri dan menegndalikan diri, jika mereka merasa terikat kepada tujuan –
tujuan.
- Rata – rata orang dapat belajar
untuk menerima, malahan mencari tanggung jawab.
- Kreativitas yaitu, kemampuan untuk
membuat keputusan – keputusan yang baik tersebut luas pada seluruh
populasi dan tidak selalu merupakan hak dari mereka yang menduduki fungsi
manajerial.
2.
Teori Maslow (1943, 1954)
Teori
yang menganggap kebutuhan orang bergantung kepada apa yang telah mereka miliki.
Dalam pengertian suatu kebutuhan yang telah terpenuhi bukan faktor
motivator.Kebutuhan manusia, tersusun dalam suatu hirarki kepentingan, yaitu :
- Fisiologis : Makanan, minuman,
tempat tinggal dan sembuh dari rasa sakit.
- Keamanan dan keselamatan :
Kebutuhan untuk kemerdekaan dari ancaman, yaitu keamanan dari kejadian
atau lingkungan yang mengancam.
- Rasa memiliki, social dan kasih
saying : Kebutuhan atau persahabatan, berkelompok, interaksi dan kasih
sayang.
- Penghargaan (esteem) : Kebutuhan
atas harga diri (self-esteem) dan penghargaan dari pihak lain.
- Aktualisasi diri : Kebutuhan untuk
memenuhi diri seseorang melalui memaksimumkan penggunaan kemampuan,
keahlian dan potensi.
3.
Teori ERG – Adelfer (1972)
Aldelfer
setuju dengan Maslow bahwa kebutuhan – kebutuhan individual tersusun secara
hirarki. Teori yang dikembangkan dan diuji oleh Adelfer yang mengkatagorikan
kebutuhan,
yaitu :
yaitu :
- Eksistensi (Existence / E) :
Kebutuhan – kebutuhan terpuaskan oleh faktor – faktor seperti makanan ,
udara, air, gaji dan kondisi pekerjaan.
- Keterkaitan (Relatedness / R) :
Kebutuhan –kebutuhan terpuaskan dengan adanya hubungan social dan
interpersonal yang berarti.
- Pertumbuhan (Growth / G) :
Kebutuhan – kebutuhan yang terpuaskan oleh seorang individu menciptakan
kontribusi yang kreatif atau produktif.
4.
Teori dua faktor – Herzberg (1966)
Memandang
bahwa kepuasan kerja berasal dari keberadaan motivator intrinsik dan bahwa
ketidakpuasan kerja berasal dari ketidakberadaan faktor – faktor ekstrinsik.
Teori motivasi dua faktor dari Herzberg mengidentifikasi dua jenis faktor dalam
tempat kerja : pemuas dan bukan pemuas. Jika suatu kondisi kerja menyebabkan
ketidakpuasan kerja, maka menghilangkannya akan menyebabkan ketidakpuasan kerja
dan sebaliknya , jika suatu kondisi kerja menyebabkan ketidakpuasan kerja,
menghilangkannya akan menyebabkan kepuasan kerja.
- Kebutuhan yang berkaitan dengan
kepuasan kerja dan
- Kebutuhan yang berkaitan dengan
ketidakpuasan kerja
Kesimpulan
dari studi awal teori Herzberg adalah terdapat satu kelompok kondisi
ekstrinsik, (konteks pekerjaan), yang meliputi :
- Upah
- Keamanan kerja
- Kondisi kerja
- Status
- Prosedur perusahaan
- Mutu penyeliaan
- Mutu hubungan interpersonal antar
sesame rekan kerja, atasan dan bawahan
Keberadaan
kondisi – kondisi ini terhadap kepuasan karyawan tidak selalu memotivasi
mereka. Tetapi ketidakberadaannya menyebabkan ketidakpuasan bagi karyawan
karena mereka perlu mempertahankan setidaknya suatu tingkat “ tidak ada
keputusan “, kondisi ekstrinsik disebut ketidakpuasan, atau faktor higieni.
Terdapat satu kelompok kondisi intrinsik, isi kerja yang meliputi :
- Pencapaian prestasi
- Pengakuan
- Tanggung jawab
- Kemajuan
- Pekerjaan itu sendiri
- Kemungkinan berkembang
5.
Teori kebutuhan yang dipelajari
dari McClelland
Teori
yang mengatakan bahwa seseorang dengan suatu kebutuhan yang kuat akan
termotivasi untuk menggunakan tingkah laku yang sesuai guna memuaskan
kebutuhan. Kebutuhan seseorang dipelajari dari kebudayaan suatu masyarakat.
McClelland telah mengusulkan teori kebutuhan yang dipelajari. Tingkah laku yang
diasosiasikan dengan kebutuhan yang meliputi :
- Pencapaian prestasi (n Ach)
- Berafiliansi (n Aff)
- Kekuasaan (n Pow)
2.5. Dampak Konflik
1. Sisi
Positif Terjadinya Konflik
1) Bertambah
kuatnya rasa solidaritas egati anggota kelompok. Hal ini biasanya terjadi pada
konflik antarkelompok, di mana anggota masing-masing kelompok karena merasa
mempunyai identitas yang sama bersatu menghadapi ancaman yang egati dari luar
kelompoknya.
2) Memperjelas
aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau belum tuntas untuk ditelaah.
Contohnya, dalam menetapkan suatu rancangan undang-undang (RUU) menjadi sebuah
undang-undang yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) dengan
persetujuan presiden. Dalam hal ini perlu dilakukan telaah terlebih dahulu
terhadap rancangan undang-undang tersebut dalam egati di DPR.
Dalam penelaahan itu tentunya terjadi
perbedaan pendapat atau pandangan yang nantinya berguna untuk lebih memperjelas
dan mempertajam kesimpulan yang dapat memperkuat undang-undang tersebut.
3) Memungkinkan
adanya penyesuaian kembali norma-norma dan nilai-nilai, serta hubungan-hubungan
egati dalam kelompok yang bersangkutan sesuai dengan kebutuhan individu atau
kelompok. Terjadinya konflik dapat menumbuhkan kesadaran dalam masyarakat
terhadap norma dan nilai egati, serta hubungan egati tentang perlunya
diterapkan beberapa aturan yang cenderung dapat membawa egativ yang lebih baik.
4) Merupakan
jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu dan antarkelompok.
5) Dapat
membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma-norma yang
baru.
6) Dapat
berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan
dalam masyarakat.
7) Memunculkan
sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik dalam kekuatan yang
seimbang.
2. Sisi
Negatif Terjadinya Konflik
Beberapa
sisi egative terjadinya konflik dalam masyarakat antara lain sebagai berikut.
1) Hancurnya
atau retaknya kesatuan kelompok. Hal ini biasanya muncul apabila terjadi
konflik di antara anggota kelompok yang sama.
2) Adanya
perubahan kepribadian pada diri individu.
3) Hancurnya
harta benda dan jatuhnya korban manusia.
4) Munculnya
dominasi kelompok pemenang atas kelompok yang kalah.
2.6. Cara Pengendalian dan Penyelesaian
Konflik
Konflik
dapat dicegah atau dikelola dengan :
1. Disiplin :
Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah konflik.
Manajer perawat harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada
dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk
memahaminya.
2. Pertimbangan
Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan: Konflik dapat
dikelola dengan mendukung perawat untuk mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman
dan tahapan hidupnya. Misalnya : perawat junior yang berprestasi dapat
dipromosikan untuk mengikuti pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, sedangkan
bagi perawat senior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk menduduki jabatan
yang lebih tinggi.
3. Komunikasi :
Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan
kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik
adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari yang
akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
4. Mendengarkan
secara aktif : Mendengarkan secara aktif
merupakan hal penting untuk mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa
penerimaan para manajer perawat telah memiliki pemahaman yang benar, mereka
dapat merumuskan kembali permasalahan para pegawai sebagai tanda bahwa mereka
telah mendengarkan.
Cara Mengatasi Konflik
Usaha manusia untuk meredakan pertikaian atau konflik
dalam mencapai kestabilan dinamakan “akomodasi”. Pihak-pihak yang berkonflik
kemudian saling menyesuaikan diri pada keadaan tersebut dengan cara bekerja
sama. Bentuk-bentuk akomodasi :
1. Gencatan senjata, yaitu
penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu, guna melakukan
suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya : untuk
melakukan perawatan bagi yang luka-luka, mengubur yang tewas, atau
mengadakan perundingan perdamaian, merayakan hari suci keagamaan, dan
lain-lain.
2. Abitrasi, yaitu suatu
perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang memberikan
keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti
ini terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat,
bersifat spontan dan informal. Jika pihak ketiga tidak bisa dipilih maka
pemerintah biasanya menunjuk pengadilan.
3. Mediasi, yaitu
penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang
mengikat. Contoh : PBB membantu menyelesaikan perselisihan antara Indonesia dengan Belanda.
4. Konsiliasi, yaitu
usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga
tercapai persetujuan bersama. Misalnya : Panitia tetap
penyelesaikan perburuhan yang dibentuk Departemeapai
kestabilan n Tenaga Kerja. Bertugas menyelesaikan
persoalan upah, jam kerja, kesejahteraan buruh, hari-hari libur, dan lain-lain.
5.
Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah
pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang seimbang, lalu berhenti pada
suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi karena kedua belah
pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. Sebagai contoh : adu senjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang dingin.
Adapun cara-cara yang lain untuk memecahkan konflik
adalah :
1)
Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu
pihak yang terlibat di dalam konflik, yang diungkapkan dengan ucapan antara
lain : kami mengalah, kami keluar, dan sebagainya.
2)
Subjugation atau domination, yaitu orang atau pihak yang mempunyai
kekuatan terbesar untuk dapat memaksa orang atau pihak lain menaatinya. Sudah
barang tentu cara ini bukan suatu cara pemecahan yang memuaskan bagi
pihak-pihak yang terlibat.
3)
Majority rule, yaitu suara terbanyak yang
ditentukan melalui voting untuk mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan
argumentasi.
4)
Minority consent, yaitu kemenangan
kelompok mayoritas yang diterima dengan senang hati oleh kelompok minoritas. Kelompok minoritas sama sekali tidak merasa dikalahkan dan sepakat untuk
melakukan kerja sama dengan kelompok mayoritas.
6)
Integrasi, yaitu mendiskusikan, menelaah, dan
mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat sampai diperoleh suatu keputusan
yang memaksa semua pihak.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Konflik
adalah segala macam interaksi pertentangan atau antogonistik antara dua atau
lebih pihak. Terdapat beberapa jenis dalam konflik seperti pada konflik peran,
konflik peran pribadi, intra peran dan antar peran yang terjadi pada kondisi
organisasi. Dan konflik yang terjadi disebabkan oleh beberapa sumber konflik
yang meliputi adanya saling ketergantungan kerja, perbedaan dalam tujuan,
perbedaan persepsi, dan meningkatnya permintaan akan spesialis. Strategi
penyelesaian konflik muncul pada situasi dimana seorang manajer mendapatkan
tugas sulit yang harus dihadapi adalah memeriksa dan mengelola konflik antar
kelompok atau organisasi. Strateginya diantara lain adalah dengan pemecahan
masalah, tujuan, perluasan sumber daya, penghindaran, melunakkan, kompromi,
otoritas, perubahan, pada orang atau struktur organisasi dan mengenal musuh
bersama.
Perundingan
juga merupakan strategi penyelesaian konflik.Motivasi merupakan konsep yang
kita gunakan untuk menggambarkan dorongan – dorongan yang timbul pada atau
didalam seorang individu yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku. Motivasi
merupakan suatu konsep yang bersifat penjelasan bahwa kita sering menggunakan
untuk memahami perilaku yang kita amati. Dengan kata lain, motivasi merupakan
dugaan. Daripada mengukur secara langsung kita harus memanipulasi kondisi –
kondisi tertentu dan mengamati bagaimana prilaku berubah. Teori – teori
motivasi dapat diklasifikasikan baik sebagai teori kepuasan atau proses. Dan
terdapat empat teori yang sering disebut – sebut dalam teori kepuasan. Teori –
teori ini memfokuskan pada faktor – faktor dalam diri (mis kebutuhan, tujuan,
motif) yang member energy, mengarahkan, mempertahankan dan menghentikan
perilaku. Sementara itu terdapat pula teori – teori kebutuhan yaitu, teori
kebutuhan Maslow, teori ERG – Adelfer, teori dua faktor – Herzberg, teori
kebutuhan yang dipelajari dari McClelland.
Konflik
ini bisa jadi baik atau buruk tergantung pada dampaknya bagi pencapaian tujuan
organisasi. Konflik yang berguna mewakili konfrontasi antara kelompok yang
meningkatkan dan menguntungkan kinerja organisasi. Konflik yang tidak berguna
akibat dari konfrontasi atau interaksi antara kelompok yang menghambat
pencapaian tujuan organisasi. Namun tanpa adanya konflik akan ada rasa tidak
memerlukan perubahan, dan perhatian tidak akan tertuju pada masalah.
3.2. Saran
Konflik
terjadi karena adanya pertentangan atau antogonistik yang terbentur satu
sama lain. Konflik dalam organisasi tidak bisa dihindari. Sebaiknya konflik itu
diusahakan untuk dicarikan jalan keluarnya dan menjadi pembelajaran untuk
membangun lebih baik lagi dalam suatu organisasi tersebut. Karena menghindari
konflik tidak dapat membawa manfaat dalam jangka panjang, ini bisa dipastikan
bekerja sebagai pemecahan dalam jangka pendek. Bagaimanapun, menghindari
konflik dapatb diartikan suatu persetujuan atau kurangnya keteguhan. Selain itu
konflik dapat diatasi dengan saling berkompromi yaitu tidak melihat siapa
pemenang maupun pecundang namun mencari jalan yang efektif untuk tetap dapat
menjalankan tujuan organisasi bersama.
DAFTAR PUSTAKA
http://tugasgalau.blogspot.co.id/2015/11/makalah-tentang-konflik-sosial.html.
diakses 11 Juni 2017
https://nindisabrina.wordpress.com/2014/11/11/makalah-konflik-organisasi/.
diakses 11 Juni 2017
http://viviealfiahzone.blogspot.co.id/2012/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html.
diakses 11 Juni 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar