Resume VOC
VOC
merupakan singkatan dari Vereenidge Oostindische Compagnie yang berarti
“Persekutuan Perusahaan Hindia Timur”. Penamaan Hindia Timur karena ada juga
persekutuan dagang Hindia Barat yang bernama Geoctroyeerde Westindische
Compagnie.
A. Pengertian VOC
VOC
adalah kongsi dagang asal Belanda yang memonopoli aktivitas perdagangan di Asia
dan menyatukan perdagangan rempah-rempah dari wilayah timur.
Sebagai
sebuah kongsi dagang, VOC memiliki beragam hak istimewa dan kewenangan yang
sangat luas. Walau hanya sebuah kongsi dagang saja, VOC didukung penuh oleh
negara (Belanda) dan difasilitasi secara istimewa.
Misalnya
VOC boleh memiliki pasukan perang dan mengadakan perjanjian dengan negara lain.
Ini juga alasan mengapa VOC sering disebut sebagai negara di dalam negara.
VOC
oleh kalangan orang Indonesia sering juga disebut dengan Kumpeni atau Kompeni.
Mengapa ? Karena umumnya mayoritas orang Indonesia lebih mudah dalam
pengucapannya (diambil dari kata compagnie). Namun rakyat Nusantara lebih
mengenal Kompeni sebagai tentara Belanda bukan sebagai sebuah kongsi dagang.
B. Latar Belakang
Berdirinya VOC
Latar belakang secara
singkat :
- Keinginan
untuk memonopoli perdagangan.
- Menghilangkan
persaingan antar pedagang Belanda dan Eropa
Latar belakang secara kronologis
:
Pedagang
dari bangsa Barat datang ke Indonesia dengan itikad baik dan mulai membentuk
kongsi dagang. Seiring berjalannya waktu, kongsi dagang di Nusantara semakin
banyak hingga timbul persaingan antara kongsi dagang satu dengan lainnya.
Persaingan tersebut semakin ketat hingga tidak mengenal kongsi sesama bangsa.
Hal ini menyebabkan kerugian terhadap pemerintah Belanda karena para pedagang
Belanda juga saling berseteru.
Sehubungan
dengan hal itu, pada tahun 1598 pemerintah dan Parlemen Belanda (Staten
Generaal) khususnya Johan van Oldenbarneveldt mengusulkan untuk membentuk
kongsi dagang yang lebih besar dengan membentuk perusahaan dagang, seperti yang
telah dilakukan oleh Inggris (EIC) dan Perancis (French East India Company pada
tahun 1604).
Usulan tersebut mendapat sambutan baik, dan pada 20 Maret 1602 didirikanlah kongsi dagang “Persekutuan Perusahaan Hindia Timur” atau lebih dikenal sebagai VOC (Vereenidge Oostindische Compagnie).
Usulan tersebut mendapat sambutan baik, dan pada 20 Maret 1602 didirikanlah kongsi dagang “Persekutuan Perusahaan Hindia Timur” atau lebih dikenal sebagai VOC (Vereenidge Oostindische Compagnie).
C. Sejarah Berdirinya VOC
Perjalanan
mengarungi jalur laut oleh penjelajah untuk mencari keuntungan dan kekayaan
pada akhirnya tercapai. Berbagai tujuan dapat dikatakan berhasil setelah
menemukan daerah penghasil rempah-rempah di wilayah Nusantara. Pada awalnya,
bangsa Eropa datang ke Asia Timur dan Tenggara (termasuk Nusantara) adalah
untuk berdagang, termasuk juga dengan bangsa Belanda.
Misi
dagang tersebut kemudian dilanjutkan dengan membentuk kolonialisasi (politik
pemukiman) dengan kerajaan-kerajaan di Sumatera, Jawa, dan Maluku. Hal tersebut
lalu menjadi cikal bakal kolonialisasi di Indonesia.
Pada
tahun 1591, Portugis melakukan kerjasama dengan Jerman, Spanyol dan Italia
menggunakan Kota Hamburg sebagai pelabuhan utama. Kota itu digunakan untuk
mendistribusikan barang dari Asia dan memindahkan jalur perdagangan agar tidak
melewati Belanda.
Hal ini
justru membuat perdagangan Portugis tidak efisien dan tidak mampu menyuplai
permintaan yang tinggi, terutama lada. Lambat laun harga lada melonjak drastis
kala itu.
Karena
beragam faktor tersebut, Belanda akhirnya memutuskan ikut masuk ke perdagangan
rempah-rempah dunia. Ekspedisi Belanda pun mulai dilakukan, hingga akhirnya Jan
Huygen van Linschoten dan Cornelis de Houtman menemukan “jalur rahasia”.
Penemuan jalur rahasia ini merupakan kesuksesan bagi Belanda, terutama
keberhasilan Cornelis de Houtman atas ekspedisinya.
Setelah
penemuan jalur tersebut, Belanda mulai melakukan ekspedisi kembali pada tahun
1596 dan singgah di Banten yang merupakan Pelabuhan utama di Pulau Jawa
(1595-1597). Ekspedisi yang dipimpin Cornelis tersebut merupakan kontak
pertama antara Indonesia dengan Belanda.
Ketika
sampai di Banten, Belanda mendapat perseteruan dari Portugis dan penduduk
lokal. Belanda mundur lalu melanjutkan perjalanannya ke arah timur melalui
pantai utara Jawa. Perjalanan tidak berjalan dengan mulus, Belanda diserang
penduduk lokal di Sedayu (12 awak meninggal) dan mendapat perseteruan dari
penduduk lokal Madura (pimpinan lokal terbunuh).
Karena
banyak korban, akhirnya Belanda pulang ke negerinya dengan membawa rempah-rempah
sebagai keuntungan yang melimpah.
Kembalinya
Cornelis ke negerinya menyebabkan bangsa Belanda berbondong-bondong datang ke
Nusantara untuk berdagang guna mencari untung. Semakin ramainya pedagang
Belanda di Nusantara menyebabkan persaingan dagang semakin ketat.
Para
pedagang Portugis bersaing dengan pedagang Spanyol, pedagang Spanyol bersaing
dengan Inggris, Inggris bersaing dengan Belanda, dan seterusnya hingga antar
bangsa pun saling bersaing.
Semakin
banyaknya pedagang bangsa asing, tentu kurang baik untuk mencari keuntungan.
Hal ini akhirnya disiasati melalui kerjasama membentuk sebuah kongsi dagang
guna memperkuat kedudukan di “Dunia Timur”. Masing-masing kongsi dagang dari
suatu negara membentuk persekutuan dagang bersama.
Adapun
Inggris yang membentuk perusahaan dagang Asia pada 31 Desember 1600 dan dinamai
“The British East India Company “ (sering disebut EIC) yang berpusat di
Kalkuta, India. Dari Kalkuta, kekuatan dan kebijakan di “Dunia Timur”
dikendalikan. Bahkan pada tahun 1811, kedudukan Inggris begitu kuat dan meluas
bahkan pernah berhasil menempatkan kekuasaannya di Nusantara.
Ketatnya
persaingan dagang juga berlaku antar pedagang Belanda. Antar kongsi dagang
ingin memperoleh keuntungan sebesar-besarnya walau pesaingnya adalah pedagang
dari negeri sendiri.
Hal ini
mendapat tanggapan serius dari pemerintah Belanda, karena bukan tidak mungkin
Belanda akan sangat merugi.
Sehubungan
kejadian itu, pada tahun 1598 pemerintah dan Parlemen Belanda (Staten
Generaal), khususnya Johan van Oldenbarneveldt mengusulkan untuk membentuk
kongsi dagang yang lebih besar, dengan membentuk perusahaan dagang seperti yang
telah dilakukan oleh Inggris dan Perancis.
Usulan
ini disambut dengan baik dan terlaksana 4 tahun kemudian tepatnya pada tanggal
20 Maret 1602 dengan menghabiskan modal pertamanya sekitar 6,5 miliar gulden.
Kongsi dagang itu kemudian diberi nama VOC (Vereenidge Oostindische Compagnie)
dan dalam bahasa Indonesia berarti “Persekutuan Perusahaan Hindia Timur”, yang
berkedudukan di Amsterdam, Belanda.
D. Tujuan
Pembentukkan VOC
Tujuan
pembentukan VOC seperti tertuang dalam perundingan 15 Januari 1602 adalah untuk
“menimbulkan bencana pada musuh dan guna keamanan tanah air”. Maksud dari musuh
kala itu adalah bangsa Spanyol dan Portugis yang bersekutu untuk merebut
dominasi kekuasaan di Asia pada kurun waktu antara Juni 1580 – Desember 1640.
Adapun tujuan lainnya yaitu :
Adapun tujuan lainnya yaitu :
- Membantu
dana pemerintahan Belanda.
- Menguasai
kerajaan-kerajaan di Indonesia.
- Menguasai
pelabuhan-pelabuhan penting di Indonesia.
- Menghindari
persaingan curang yang akan merugikan para pedagang Belanda.
- Mencari
keuntungan yang sebesar-besarnya untuk membiayai perang melawan Spanyol.
- Memperkuat
kedudukan Belanda agar tidak tersaingi Portugis dan bangsa Eropa lainnya.
- Agar
dapat memonopoli perdagangan di Nusantara terutama memonopoli
rempah-rempah.
E. Sistem Birokrasi Politik VOC
Awal
mulanya, VOC dipimpin oleh Dewan Tujuh Belas. Seiring berjalannya waktu, VOC
mulai memperoleh kekuasaannya di berbagai daerah. Hingga pada akhirnya
kekuasaan VOC sangat luas dan tidak memungkinkan untuk dipimpin oleh Dewan 17.
Untuk
memerintah kekuasaan VOC yang sangat luas, tentunya diperlukan seorang pemimpin
yang dapat diandalkan. Sehubungan hal tersebut, maka diangkatlah jabatan
Gubernur Jenderal yang akan memimpin sistem monopoli VOC. Tujuannya ? Tentu
agar lebih efektif dan produktif.
Dalam
memimpin, seorang Gubernur dibantu oleh empat orang anggota yang disebut Raad
van Indie (Dewan India).
Di
bawah Gubernur Jenderal terdapat gubernur yang memimpin suatu daerah, di
bawahnya lagi ada residen yang dibantu asisten residen.
Pieter
Both sebagai Gubernur pertama harus melakukan tugasnya dengan baik. Pada tahun
1610, ia mendirikan pos perdagangan di Banten dan pada tahun itu juga ia
meninggalkan Banten untuk memasuki Jayakarta.
Pangeran
Wijayakrama sebagai penguasa Jayakarta sangat terbuka dalam hal perdagangan.
Jadi pedagang asal manapun boleh berdagang di sana. Karena keterbukaan itulah
menjadikan Jayakarta sebagai kota yang sangat ramai.
Di
tahun 1611, Pieter Both melakukan perjanjian dengan penguasa Jayakarta
untuk membeli tanah seluas 50x50 vadem (1 vadem =182 cm). Lokasinya di timur
Muara Ciliwung. Lokasi ini lalu didirikan bangunan sebagai basis administrasi
VOC di Nusantara.
Kesuksesan
Pieter Both lainnya adalah mengadakan perjanjian dan menanamkan pengaruhnya di
Maluku kemudian berhasil mendirikan perdagangan di Ambon. Setelah itu Frederik
de Houtman menjadi Gubernur VOC di Ambon (1605-1611) dan di Maluku (1621-
1623).
Kenapa Jayakarta dipilih sebagai pusat kedudukan VOC ?
Ini
alasannya...
- Jayakarta
lebih strategis dibandingkan dengan Ambon karena terletak di tengah jalur
perdagangan Asia.
- Jayakarta
memudahkan VOC menyingkirkan Portugis di Selat Malaka.
Pada
awalnya, orang Belanda bersikap baik dengan rakyat. Sikap baik dari rakyat juga
dimanfaatkan VOC untuk memperkuat kedudukannya di Nusantara. Seiring
berjalannya waktu, sikap orang Belanda berubah menjadi sombong, congkak dan
tamak. Karena merasakan nikmatnya tinggal di Nusantara, Belanda semakin
bernafsu untuk menguasai dan menghalalkan segala cara, seperti paksaan dan
kekerasan demi memperoleh keuntungan.
Sikap
tersebut membuat kebencian rakyat, dan pada 1618 Sultan Banten dibantu tentara
Inggris di bawah laksamana Thomas Dale berhasil mengusir VOC dari Jayakarta.
Setelah VOC tersingkir, selanjutnya rakyat mengusir Inggris dari jayakarta pada
1619, dan akhirnya Jayakarta dikuasai oleh kesultanan Banten.
Saat
JP. Coen dilantik sebagai Gubernur jenderal, ia mulai menjalankan aksinya. Ia
sangat kejam dan ambisius. Merasa bangsanya dipermalukan Banten dan Inggris, ia
mempersiapkan pasukan untuk menyerang Jayakarta. 18 kapal perangnya mengepung
Jayakarta lalu membumihanguskannya pada 30 Mei 1619.
Setelah
dihancurkan, Belanda mendirikan kota kembali bergaya kota dan bangunan di
Belanda. Jayakarta hilang, dan muncul kota baru yang dinamai Batavia.
Gubernur
Jenderal VOC yang dapat dikatakan berhasil lainnya dalam melakukan pengembangan
usaha perdagangan dan kolonialisme di Indonesia, diantaranya :
- Jan Pieterszoon
Coen : Pendiri Batavia dan pencetus kolonialisme dan imperialisme Belanda
di Indonesia.
- Antonio
van Diemen : Memperluas kekuasaan VOC ke Malaka tahun 1641 dan mengirim
misi pelayaran ke Australia dan Selandia Baru.
- Joan
Maetsuycker : Memperluas kekuasaan ke Padang, Semarang, dan Manado.
- Cornelis
Speelman : Mengalahkan perlawanan Sultan Hasanuddin dari Makassar,
meredakan pembrontakan Trunojoyo di mataram, dan mengalahkan Sultan Ageng
Tirtayasa dari Banten.
Pelaksanaan
sistem pemerintahan oleh VOC menerapkan sistem pemerintahan tidak langsung
dengan memanfaatkan sistem feodalisme yang sudah berkembang di Nusantara.
F. Gurbernur VOC
Dalam
mewujudkan tujuannya, VOC telah beberapa kali melakukan pergantian pimpinan
kepengurusan. Berikut beberapa nama Gubernur Jendral yang memimpin VOC :
1610-1614 Pieter Both
1610-1614 Pieter Both
1614-1615
Gerard Reynest
1616-1619
Laurens Reael
1619-1623
Jan Pieterszoon Coen
1623-1627
Pieter de Carpienter
1627-1629
Jan Pieterszoon Coen
1629-1632
Jacques Specx
1632-1636
Hendrik Brouwer
1636-1645
Antonio van Diemen
1645-1650
Cornelis van der Lijn
1650-1653
Carel Reyniersz
1653-1678
Joan Maetsuycker
1678-1681
Rijckloff van Goens
1681-1684
Cornelis Speelman
1684-1691
Johannes Camphuys
1691-1704
Willem van Outhoorn
1704-1709
Joan van Hoorn
1709-1713
Abraham van Riebereck
1713-1718
Christoffel van Swol
1718-1725
Hendrick Zwaardecroon
1725-1729
Mattheus de Haan
1729-1731
Diederik Durven
1731-1735
Dirk van Cloon
1735-1737
Abraham Patras
1737-1741
Adriaan Valckenier
1741-1743
Johannes Thedens
1743-1750
Gustaaf Willem baron van Imhoff
1750-1761
Jacob Mossel
1761-1775
Petrus Albertus van der Parra
1775-1777
Jeremias van Riemsdijk
1777-1780
Reinier de Klerk
1780-1796
Willem Arnold Alting
1798-
Pieter Gerardus van Overstraten
G. Istilah Penting dalam VOC
·
Dewan Tujuh Belas (de Heeren XVII) : Parlemen yang memimpin VOC pertama kali, yang
beranggotakan 17 orang dan berkedudukan di Amsterdam, Belanda.
- Pelayaran
hongi : Pelayaran
dengan menggunakan kapal kora-kora yang dipersenjatai guna mengawasi
pelaksanaan monopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku.
- Devide
at Impera : Suatu
politik yang dilakukan VOC untuk mengadu domba kerajaan di Nusantara agar
terpecah-belah sehingga mempermudah memonopoli perdagangan.
- Gubernur
Jenderal : Jabatan
tertinggi yang mengurus dan mengendalikan kekuasaan jajahan VOC.
- Dewan
Hindia (Raad van Indie): Jabatan
yang berperan sebagai penasehat Gubernur Jenderal dan mengawasi
kepemimpinannya.
- Dividen
: Pembayaran keuntungan
oleh pemilik saham.
- Gulden
: Mata uang Belanda saat
itu.
- Hak
Octroi : Hak
istimewa yang dimiliki VOC dan bersifat mutlak untuk diakui dan
dilaksanakan layaknya bertindak sebagai suatu negara di dalam negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar